Jumat, 17 Juni 2011

Intan Ibu Kostku

Nama saya adalah Aldo. Saya merupakan mahasiswa tingkat akhir di
sebuah perguruan tinggi di kota Bogor. Saya memiliki pengalaman yang
tak akan saya lupakan seumur hidup saya. Kejadian itu terjadi pada
waktu saya masih kuliah di tingkat 1 semester ke-2.

Saat itu saya tinggal di sebuah rumah yang oleh pemiliknya disewakan
untuk kost kepada mahasiswa. Saya tinggal bersama 2 orang mahasiswa
lain yang keduanya merupakan kakak kelas saya. Pemilik rumah kos itu
adalah seorang Dosen yang kebetulan sedang studi di Jepang untuk
mendapatkan gelar Doktor. Ia telah tinggal di Jepang kurang lebih 6
bulan dari rencana 3 tahun ia di sana.

Agar rumahnya tetap terawat maka ia menyewakan beberapa kamar kepada
mahasiswa yang kebetulan kuliah di dekat rumah itu. Yang menjadi Ibu
kost-ku adalah istri dari Dosen yang pergi ke Jepang tersebut.
Namanya sebut saja Intan. Aku sering menyebut ia Ibu Intan. Umurnya
kira-kira sekitar 30 tahunan dengan seorang anak umur 4 tahun yang
sekolah di TK nol kecil. Jadi di rumah itu tinggal Ibu Intan dengan
seorang anaknya, seorang pembantu rumah tangga yang biasa kami
panggil Bi Ana, kira-kira berumur 50 tahunan, aku dan kakak kelasku
bernama Kardi dan Jun.

Ibu Intan memiliki tubuh yang lumayan. Aku dan kedua kakak kelasku
sering mengintip dia apabila sedang mandi. Kadang kami juga sering
mencuri-curi pandang ke paha mulusnya apabila kami dan Ibu nonton
tivi bareng. Ibu Intan sering memakai rok apabila dirumah sehingga
kadang-kadang secara tidak sadar sering menyingkapkan paha putihnya
yang mulus. Ibu Intan memiliki tinggi kurang lebih sekitar 165 cm
dengan bodinya yang langsing dan putih mulus serta payudara yang
indah tapi tak terlalu besar kira-kira berukuran 34 B (menurut nomer
dikutangnya yang aku liat di jemuran). Ibu Intan memiliki wajah yang
lumayan imut (mirip anak-anak). Dia sangat baik kepada kami, apabila
dia menagih uang listrik dan uang telepon dia meminta dengan sopan
dan halus sehingga kami merasa betah tinggal di rumahnya.

Pada suatu malam (sekitar bulan maret), kebetulan kedua kakak
kelasku lagi ada tugas lapangan yang membuat mereka mesti tinggal di
sana selama sebulan penuh. Sedangkan anak Bu Intan yang bernama Devi
lagi tinggal bersama kakeknya selama seminggu. Praktis yang tinggal
di rumah itu cuma aku dan Ibu Intan, sedangkan Bi Ana tinggal di
sebuah rumah kecil di halaman belakang yang terpisah dari rumah
utama yang dikost-kan. Malam itu kepalaku sedikit pusing akibat tadi
siang di kampus ada ujian Kalkulus. Soal ujian yang sulit dan penuh
dengan hitungan yang rumit membuat kepalaku sedikit mumet. Untuk
menghilangkan rasa pusing itu, malamnya aku memutar beberapa film
bokep yang kupinjam dari teman kuliahku.
“Lumayan lah, mungkin bisa ngilangin pusingku”, pikirku.
Aku memang biasa nonton bokep di komputerku di kamar kosku apabila
kepala pusing karena kuliah.

Pada saat piringan kedua disetel, tiba-tiba aku dikagetkan oleh
suara pintu kamarku terbuka.
“Hayo Aldo, nonton apaan kamu?” Ibu Intan berkata padaku.
“Astaga, aku lupa menutup pintu kamar” gerutuku dalam hati.
Ibu Intan telah masuk ke kamarku dan memergoki aku sedang nonton
film bokep. Aku jadi salah tingkah sekaligus malu.
“Anu bu, aku cuma..” jawabku terbata-bata.
“Boleh Ibu ikut nonton?” katanya bertanya padaku
“Boleh..” jawabku seakan tak percaya kalo dia akan nonton film bokep
bareng aku.
“Dah lama nih Ibu ga nonton film kaya’ gini. Kamu sering nonton ya?”
katanya menggodaku.
“Ah, gak bu..” jawabku
“Hmm.. bagus juga adegannya” dia berkata sambil memandang adegan
yang berlangsung.

Akhirnya kami sama-sama menonton film bokep tersebut. Kadang-kadang
dia meremas-remas payudaranya sendiri yang membuat kemaluanku
berdiri tegak. Dia memakai daster putih malam itu kontras dengan
kutang dan celana dalam warna hitam. Kadang aku melirik dia dengan
sesekali memperhatikan dia yang sesekali memegang kemaluannya dan
menggoyangkan pinggulnya seperti cewe yang sedang menahan kencing.
Pemandangan itu membuat darahku mendesir dan membuat batang
kejantananku berontak dengan sengit di dalam celana dalamku.
Tiba-tiba dia bertanya, “Do, kamu pernah melakukan seperti yang di
film tadi ga?”
Aku terkejut mendengar kata-kata itu terlontar dari mulutnya.
“Belum” jawabku.
“Ah masa?” tanya dia seakan tak percaya.
“Bener bu, sumpah.. aku masih perjaka kok” jawabku.
“Kalo pacarmu ke kamarmu ngapain aja? ayo ngaku” tanyanya sambil
tersenyum kecil.
“Ah ga ngapa-ngapain kok bu, paling cuma diskusi masalah kuliah”
jawabku.
“Yang bener.. trus kalian ampe buka-bukaan baju ngapain? emang Ibu
ga tau.. ayo ngaku aja, Ibu dah tau kok” tanyanya sambil mencubit
pipiku.

Wajahku jadi merah padam mendengar dia berkata seperti itu, ternyata
ia sering ngintipin aku ama pacarku.
“Iya deh.. aku emang sering bermesraan sama pacarku tapi ga sampai
ML, paling jauh cuma oral dan petting aja” jawabku jujur.
“Ohh..”, katanya seakan tak percaya.
Akhirnya kita terdiam kembali menikmati film bokep. Akhirnya film
itu selesai juga juga.
“Do, kamu bisa mijit ga”, tanyanya.
“Dikit-dikit sih bisa, emang kenapa bu?”
“Ibu agak pegel-pegel dikit nih abis senam aerobik tadi sore. Bi Ana
yang biasa mijetin dah tidur kecapekan kerja seharian, bisa kan?”
“Boleh, sekarang bu?”
“Ya sekarang lah, di kamar Ibu yah.. ayo”.

Aku mengikuti Ibu Intan dari belakang menuju ke kamarnya. Baru
pertama kali ini aku masuk ke kamar cukup
luas dengan kamar mandi di dalam, kasur pegas lengkap dengan ranjang
model eropa. Di sebelahnya ada meja rias, lemari pakaian dan meja
kerja suaminya. Kamar yang indah.
“Ini minyaknya”, Bu Intan menyerahkan sebotol minyak khusus buat
memijat.
Minyak yang harum, pikirku. Aku emang belum pernah mijat tapi saat
ini aku harus bisa. Ibu Intan kemudian membuka dasternya, hanya
tinggal kutang dan celana dalam hitam yang terbuat dari sutera.
Melihat pemandangan ini aku hanya bisa melongok takjub, tubuhnya
yang putih mulus tepat berdiri di hadapanku.

“Ayo mo mijit ga? Jangan bengong gitu”.
Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia.
Akhirnya dia berbaring telungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri
punggungnya dengan minyak tersebut. Aku mulai memijit dengan lembut.
Kulitnya lembut sekali selembut sutera, kayanya dia sering melakukan
perawatan tubuh, pikirku dalam hati.
“Ahh.. enak juga pijatanmu Do, aku suka.. lembut sekali. ”
Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang
terus.
“Do, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu
pijatannya” katanya menyuruh aku tuk membuka kutangnya.
Aku membuka tali kutangnya dan Ibu Intan kemudian melepas kutangnya.
Sesekali aku memijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya.
“Ssshh.. ahh..” dia mendesah apabila daerah belakang telinganya
kugelitik dan apabila lehernya kupijat dengan halus.
“Do, tolong pijat juga kakiku ya..” katanya.

Aku mulai meminyaki kakinya yang panjang dan ramping. Sungguh kaki
yang indah. Putih, bersih, mulus, tanpa cacat dengan sedikit
bulu-bulu halus di betis. Pikiranku mulai omes, aku sedikit
kehilangan konsentrasi ketika memijat bagian kakinya.
“Do, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya..” pintanya sambil
memejamkan mata.
Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata
sambil mendesah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai “panas”
akibat pijatanku. Aku mulai nakal dengan memijat-mijat sambil
sesekali menggelitik daerah-daerah sensitifnya seperti leher dan
pangkal pahanya. Dia mulai menggeliat tak karuan yang membuat
kejantananku berontak dengan keras di celana dalamku.

Tiba-tiba dia berkata, “Do, bisa mijit daerah yang lain ga?”
“Daerah yang mana bu?”
Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku
ke atas payudaranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia
hampir telanjang bulat, hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang
belum terlepas dari tempatnya. Aku tertegun melihat pemandangan itu.
Payudaranya yang indah membulat menantang seperti sepasang gunung
kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku meremasnya
dengan lebut sambil sesekali melakukan “summit attack” dengan jari
jemariku mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio
ketika mencari gelombang.

Ia mulai menggelinjang tak karuan.
“Ahh.. oohh.. sshh”, dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju
payudaranya.
“Do.. Jilatin payudaraku Do.. cepat..”.
Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas
putingnya. Lidahku bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya
secara bergantian seperti penari samba yang sedang bergoyang di atas
panggung.
“Oohh.. yyess.. uukkhh..” Dia terus mendesah sambil mencengkramkan
tangannya di pundakku.
Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin
keras desahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya
di sana. Bergerak terus ke belakang telinga sambil tanganku
memainkan putingnya. Dia terus mendesah dan dengan sangat terlatih
membuka baju dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanya celana dalam
yang menutupi rudal Scud-ku. Kami mulai berpelukan dan berciuman
dengan ganasnya. Ternyata dia sangat ahli dalam mencium. Bibirnya
yang lembut dan lidah kami yang saling berpagutan membuatku serasa
melayang seperti lalat.

Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku
semakin rakus dengan menjilatinya dari mulai leher sampai ujung
kaki.
“Aahh..”, aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari
rudalku, mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.

Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana
dalamku terlepas. Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang
prajurit lengkap dengan topi bajanya berdiri tegak siap untuk
melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya.
“Oohh.. auhh.. sshh..”, dia terus memainkan prajuritku dengan
tangannya.

Tanganku mulai membuka celana dalamnya yang telah basah oleh cairan
pelumas yang keluar dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sebuah
pemandangan yang indah ketiga segitiga pengaman itu terlepas. Sebuah
pemandangan yang sangat indah di daerah selangkangan. Jembutnya yang
rapi terurus dan vaginanya yang berwarna merah muda membuat darahku
mendesir dan kejantananku semakin menegang.
“Oohh.. nikmaatt.. truss..”, dia berkata sambil mendesah ketika
lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang vaginanya.
“Oohh.. sshh.. Yess.. truuss..”
Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok
kontolku. Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin
bergerak tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku
ke selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma
khas vagina yang harum yang membuat lidahku terus menjilati
klitorisnya.
“Ohh.. Ssshh.. Ukhh”, dia terus mendesah.
“Do.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih..” “Ahh..”, terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
“Aukhh..”, tiba-tiba badannya menegang hebat.

Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya
semakin basah oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme
klitoris, yaitu orgasme yang dihasilkan akibat perlakuan pada
kelentitnya.
“Do, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah”,
katanya sambil napasnya terengah-engah.
Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata,
“Do, aku punya sebuah permainan untukmu”.
“Permainan apa?” tanyaku.
“Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?”
tanyanya.
“Oke..”, jawabku.

Dia mengambil sebuah slayer dan menutup mataku, kemudian menyuruhku
berbaring terlentang dan mengikut kedua tanganku dengan selendang
yang telah ia siapkan. Kedua tanganku dan kakiku diikat ke empat
penjuru ranjang sehingga aku tak bisa bergerak. Yang bisa aku
gerakkan cuma pinggulku dan lidahku. Aku pun tak bisa melihat apa
yang dia lakukan padaku karena mataku tetutup oleh slayer yang dia
ikatkan. Aku seperti seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja.
Tiba-tiba aku merasakan lidahnya mulai bergerilya dari mulai ujung
kakiku. Trus bergerak ke pangkal paha.
“Ahh”, aku mendesah kecil.
Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati
daerah dadaku.
“Oohh.. Ssshh..”, aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik
ke leherku dan mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun
kembali.
“Ohh.. yyeess.. uukkhh..”, aku mendesah hebat ketika lidahnya
bermain di daerah antara lubang anus dan biji pelerku.
“Aahh..”, aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang
kemaluanku dari mulai pangkal sampai kepalanya, terus menerus,
membuat tubuhku berkeringat hebat menahan rasa yang amat sangat
nikmat.

“Panjang juga ya punya kamu”, Ibu Intan berkata padaku seraya
mengulum penisku masuk ke dalam mulutnya.
“Ahh.. eenaakk.. sshh”, aku mendesah ketika batang kejantananku
mulai keluar masuk mulutnya.
Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku
dan semakin lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak
seperti kuluman pacarku yang masih minim pengalaman. Ibu Intan
merupakan pengulum yang mahir.
“Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss”, aku memintanya supaya
mempercepat kulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan
rudalku tapi apa daya kedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku
tertutup.

Tiba-tiba ada sesuatu di dalam penisku yang ingin mendesk keluar.
“Ahh.. sshh.. Bu, aku mo keluarr”, kataku
Mendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak
tahan lagi untuk mengeluarkan spermaku.
“Aaahh..”, aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap
sesaat ketika cairan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut
Bu Intan.
Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku
teriak enak.
“Enak juga punyamu Do, protein tinggi”, katanya seraya menjiltai
sperma yang tumpah.

Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium
aroma khas vagina di depan hidungku. Ternyata Bu Intan meletakkan
vaginanya tepat di mulutku dan dengan cepat aku mulai memainkan
lidahku.
“Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..”, ia mendesah ketika lidahku
memainkan kembali daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin
aku terangsang.
Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat.
“Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess”, ia semakin hebat mendesah membuat
rudalku telah mencapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang
erotis.
Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar
akibat terangsang hebat.
“Aku ga tahan lagi Do”, katanya seraya mengangkat vaginanya dari
mulutku.

Dia memindahkan vaginanya dari mulutku dan entah kemana dia
memindahkannya karena mataku tertutup oleh slayer yang dia ikatkan
kepadaku. Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh
tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam sutau lubang hangat
sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh.. baru pertama kali ini
aku merasakan nikmatnya vagina. Meskipun Ibu Intan bukan perawan
tapi yang kurasakan sempit juga juga vaginanya. Dengan perlahan Ibu
Intan mulai membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga
seluruh kemaluanku habis ditelan oleh vaginanya. Aku merasakan
nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk ke dalam
vaginanya. Posisiku telentang dengan Bu Intan duduk di atas
kemaluanku persis seperti seorang koboi yang sedang bermain rodeo.

Dengan perlahan tapi pasti, Ibu Intan mulai memainkan pinggulnya
naik turun secara perlahan.
“Aaahh.. uuhh”, desahku ketika Ibu Intan memainkan pinggulnya naik
turun secara perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu
membuat diriku seperti melayang ke udara. Aku pun mulai
menggoyangkan pantatku naik turun.
“Do.. giiillaa.. enaakk ssekali..”, teriak bu Intan.
Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan
mendesah. Lama kelamaan Ibu Intan mulai mempercepat ritme
goyangannya, naik turun dan sesekali memutarkan pinggulnya.

Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sodokanku.
“oohh.. yess.. ohh..”, desah Ibu Intan.
“Ahh.. uhh.. goyang terruss buu”, kataku.
“Enaakk.. Doo.. tolong cepetin sodokanmu Do..”, katanya.
Sodokanku semakin cepat dan semakin cepat pula Ibu Intan
menggoyangkan pinggulnya.
“Ohh.. shit.. oohh .nnikkmmat..”, Ibu Intan berteriak seraya
menjambak rambutku.

Dia mulai membuka slayerku. Aku bisa melihat pemandangan yang
sungguh menakjubkan sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Ibu
Intan yang bergoyang membuat rambutnya acak-acakan dan seluruh
tubuhnya penuh dengan keringat. Payudaranya yang putih bersih dengan
putingnya yang kecoklatan ikut bergoyang seirama dengan goyangan
pinggulnya yang mengocok kemaluanku. Mukanya yang manis dengan mata
yang sesekali merem melek, mulutnya yang mendesah dan sesekali
mengeram serta wajahnya yang dipenuhi keringat membuat ia keliatan
seksi dan menggairahkan.
“Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..”, desahnya.
Aku melihat Ibu Intan yang setiap hari terlihat lembut ternyata
memiliki sisi yang sangat menggairahkan dan terlihat haus akan sex.
Ibu Intan pandai memainkan ritme goyangannya, kadang dia melambatkan
goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-tiba mempercepatnya. Aku
hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangat menikmatinya.

“Aaahh..!”, aku berteriak keenakan ketika aku merasakan diantara
goyangannya yang mengocok kemaluanku, vaginanya seperti menghisap
kemaluanku.
“Mampus kamu Do.. tapi enak kan? Itu namanya “hisapan maut”.. Ibu
mempelajarinya melalui senam Keggel..”, katanya sambil memandangku
dengan liar.
Aku semakin mempercepat sodokanku dan Ibu Intan pun mempercepat
goyangannya naik turun dan berputar secara bergantian sesekali
dilakukannya hisapan maut yang membuat seluruh tulang dalam tubuhku
seperti terlepas dari persendiannya. Ibu Intan mulai menciumi
leherku dan bibirku.

Kami semain “panas” dan lidah kami saling berpagutan sementara
sodokan kemaluanku dan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat.

“Uhh.. ahh.. shh.. ahh..”, aku mendesah.
Ibu Intan semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat
sodokannya. Aku merasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku.

“Bu Intan.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..”, kataku.
“Ibu juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..”.
“Aku ga tahan lagi bu..”.

Tiba-tiba Ibu Intan berteriak panjang.
“Aaahh..” sambil memelukku dengan sangat erat.
“Aaahh..”. bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan
cairan hangat di dalam vaginanya.
Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat
menahan kenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi
kenikmatan yang luar biasa membuat tubuhku seperti melayang jauh ke
awang-awang. Nikmatnya melebihi masturbasi yang sesekali aku
lakukan.

Kami sama-sama terkulai lemas dengan napas yang terengah-engah
seperti dua olahragawan yang telah balap lari. Ibu Intan menatapku
sambil tersenyum manis. Aku hanya terdiam menatap langit-langit.
“Do, kamu nyesel ga ML sama Ibu?”, tanya Ibu Intan kepadaku.
“Nggak bu..”.
“Terus kenapa kamu termenung begitu?”.
“Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam vagina Ibu,
aku cuma khawatir nanti Ibu hamil gara-gara saya”
“Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?”
“Iya bu. ”
“Tenang aja, Ibu teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu
khawatir?”

Apa yang dikatakannya membuatku tenang. Akhirnya kami berbicara
ngalor ngidul. Dan kami juga bercanda dan tertawa. Kami ngobrol dan
becanda dalam keadaan bugil tanpa busana sehelai benang pun menempel
di tubuh kami.
“Do, kamu lapar ga? Ibu lapar”, katanya.
“Iya bu”
“Ibu masakin kamu nasi goreng spesial buatan Ibu ya?”
“Boleh”, jawabku.

Kami berpakaian kembali. Ibu Intan hanya menggunakan daster putih
tanpa memakai kutang dan celana dalam, sedangkan aku hanya
menggunakan celana pendek saja tanpa menggunakan baju. Aku menunggu
di meja makan sambil nonton MTV dan Ibu Intan di dapur memasak nasi
goreng. Akhirnya nasi goreng pun selesai di masak dan kami makan
bersama-sama di meja makan. Meja makannya cukup besar, terbuat dari
kayu jati dengan motif yang indah. Di sisi lain meja makan terdapat
susu kental manis, teh celup, sebotol madu, tempat sendok dan garpu,
serbet dan alas makan.

Setelah makan selesai, aku dan Ibu Intan membersihkan meja makan
bekas kami makan. Kami mulai bercanda-canda lagi. Tanpa sadar aku
mulai becanda sedikit porno dan darahku mulai berdesir melihat ia
berpakaian daster tanpa menggunakan kutang dan celana dalam. Tampak
samar-samar putingnya menonjol seakan ingin merobek daster yang
dikenakannya. Bayangan hitam di selangkangannya (jembut) merupakan
pemandangan yang indah.
“Ibu cantik dan seksi pake daster itu”, kataku.
“Kamu ngerayu Ibu ya..”
“Bener lho bu, apalagi ga pake kutang dan celana dalem”
“Ah kamu.. mulai nakal ya”, katanya sambil nyubit pipiku.

Prajuritku sedikit demi sedikit mulai kembali berdiri tegak. Ini
akibat dari mataku yang selalu tertuju pada gundukan hitam di balik
daster Ibu Intan.
“Lho.. kok bangun lagi prajurit kecilmu, mo tempur lagi ya”,
katanya.
Aku tidak segera menjawab karena tangan Ibu Intan sudah mulai
menyusup ke dalam celanaku yang emang ga make kolor. Dengan lembut
ia mulai mengocok penisku.
“Ahh..”, aku mendesah kecil, lalu kami mulai berciuman dengan
mesranya.
Tanpa sadar ketika berciuman tangan kami bergerilya dan mulai
melucuti pakaian masing-masing. Kami sudah telanjang bulat dan kami
masih terus berciuman sementara tangan Ibu Intan mengocok penisku
dengan lembutnya. Hmm.. rasanya nikmat sekali. Tidak tau gimana
awalnya tetapi kami sudah berada di atas meja makan, terbaring
sambil berciuman. Ibu Intan dalam posisi telentang dan aku berada di
atasnya.

Aku mulai menciumi lehernya dan terus bergerak ke belakang telinga.
“Aaahh..”, Ibu Intan mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah
dan menjilati kedua puting susunya secara bergantian sementara
tanganku yang lain memainkan klitorisnya.
Vaginanya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang
kenikmatannya. Tangannya terus mengocok kontolku.
“Do.. enak.. sshh..”, desahnya sambil memejamkan mata.
Kami mulai berganti posisi, Ibu Intan yang mengarahkannya. Giliranku
telentang dan Ibu Intan berada di atasku dengan posisi terbalik.
Kami melakukan gaya 69. Aku menjilati klitorisnya dengan rakus
seperti orang kelaparan yang bertemu makanan sementara Ibu Intan
menghisap kontolku dengan lembut dan sesekali menjilati kepala
penisku yang membuat merasa seperti tersengat listrik.
“Uhh.. sshh..”, aku mendesah ketika hisapan Ibu Intan senakin kuat.
Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia
mengulum penisku.

Aku bangkit dan Ibu Intan kuposisikan telentang di atas meja dengan
kaki mengangkang. Terlihat dua buah gunung kembar yang sangat indah
yang membuat darahku berdesir hebat. Sementara di selangkangannya
terdapat bibir merah muda yang merekah lengkap dengan bulu-bulunya
yang membuat rudalku semakin mengeras. Aku segera meraih kaleng susu
kental manis di sampingku dan perlahan-lahan mengoleskannya ke
seluruh tubuh Ibu Intan dari mulai leher sampai dengan ujung kaki.
Kemudian aku mengoleskan madu disekitar puting dan kemaluannya. Aku
mulai menjilatinya mulai dari leher. Ibu Intan hanya bisa pasrah
dengan mata terpejam dan dari mulutnya terdengar desahan kecil.
Lidahku bergerak turun ke arah bahunya, kemudian bergerak menuju
payudaranya.

Tubuh Ibu Intan menggelinjang ketika lidahku menari-nari di atas
puncak gunung kembarnya.
“Do.. aahh.. sshh.. Ibu ga tahan.. masukin Do..”, Ibu Intan meminta
aku segera menusukkan penisku ke dalam vaginanya.
Tapi aku pura-pura tak mendengar. Lidahku mulai bergerilya lagi
menjilati semua susu kental yang menempel di tubuhnya. Lidah mulai
bergerak lagi ke arah perut. Lalu aku mulai menjilati dari ujung
kaki Ibu Intan, naik ke betis terus ke pangkal paha. Ketika lidahku
menjilati cairan madu yang membasahi sekitar kemaluan dan
klitorisnya, Ibu Intan menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin
membenamkan kepalaku ke vaginanya. Semakin ganas aku menjilati madu
yang ada di klitorisnya, semakin tak terkendali juga tubuh Ibu Intan
menggelinjang.

“Sshh.. oughh.. aahh.. pleeaassee.. masukin Do..”, katanya seraya
menghisap jari telunjukku.
Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku
berdiri di atas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku.
Vaginanya yang sudah basah kuyup dan licin memudahkanku untuk
membenamkan seluruh penisku ke lubang sorga dunia miliknya.
“Aahh.. nnikmmaatt..”, teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya
melingkar.
Aku mulai memainkan sodokanku. Kecepatannya semakin lama semaikn
kutambah begitu pula goyangan pinggul Ibu Intan.
“Ibu.. enaakk.. uhh.. shh..”, desahku sambil memejamkan mata.
“Aahh.. sshh.. mm..”, ia mendesah sambil menghisap jari tanganku.

Suara becek vagina Ibu Intan yang dikocok oleh penisku terdengar
seperti sebuah nyanyian yang merdu. Sesekali terdengar bunyi derak
meja makan tempat kami bercinta. Kami berganti posisi. Ibu Intan
membelakangiku dengan posisi menungging dan aku menusuknya dari
belakang. Tubuh kami semakin basah kuyup oleh keringat. Keringat Ibu
Intan yang bercampur dengan cairan susu kental menimbulkan wangi
yang semerbak. Kami semakin terhanyut ke dalam dunia yang entah
dimana.
“Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..”, Ibu Intan mendesah
sambil memintaku untuk mempercepat sodokanku.
Kami berganti posisi lagi. Aku dalam posisi duduk dan Ibu Intan
duduk dipangkuanku sementara penisku asyik bergulat di dalam lubang
vaginanya.
“Aahh.. sshh.. goyang terruss..”, desahku ketika Ibu Intan mulai
bergoyang dengan ganasnya.

Kami berciuman sementara penisku dikocok oleh lubang vaginanya Ibu
Intan yang sangat hangat sekali. Vagina Ibu Intan semakin banyak
mengeluarkan cairan pelumas yang hangat. Suara becek yang
diakibatkan oleh sodokan kontolku dan beceknya lubang vagina Ibu
Intan semakin keras.
“Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess..” desahku.
“Faster.. oohh.. aahh.. ssh.. faster.. Do..”, desah Ibu Intan sambil
memintaku untuk mempercepat sodokan penisku.
Sementara penisku “bermain” di dalam lubang vaginanya Ibu Intan,
lidahku juga mulai memainkan putingnya. Itu membuat tubuh Ibu Intan
semakin bergerak tak karuan, goyangan pinggulnya semakin ganas dan
sesekali dia menggigit leherku untuk menahan kenikmatan yang dia
rasakan.

Semakin lama semakin kupercepat sodokan penisku dan gelitikan
lidahku di putingnya semakin kupercepat pula, semakin ganas juga Ibu
Intan bergoyang.
“Aahh..!”, Ibu Intan melenguh panjang sambil memelukku sangat erat
sekali, tubuhnya menegang hebat, matanya terpejam dan kurasakan ada
cairan hangat kental mengguyur penisku. Ibu Intan mengalami orgasme.
Aku semakin mempercepat sodokanku. Tubuh Ibu Intan mulai melemas
tapi aku terus mempercepat sodokanku.
“Ahh.. Ibu Intan.. aku mo keluarr.. sshh.. ahh”, ada sesuatu di
dalam penisku yang mulai bergerak dan geli bercampur enak yang kurasakan mulai meningkat.
“Do.. keluarin di luar ya.. di mulutku..”, pinta Ibu Intan.
Aku mencabut penisku dan dengan rakusnya Ibu Intan segera menghisap
kontolku dengan ganas.
“Aahh..”, tubuhku mengejang, mataku terpejam dan tubuhku seperti
melayang menembus atmosfer bumi. Rasanya sangat nikmat sekali, sulit
dilukiskan dengan kata-kata. Aku memuncratkan air maniku di dalam
mulut Ibu Intan.

Ibu Intan terus menghisap penisku dengan ganas.
“Aahh.. sshh”, aku mendesah kecil ketika penisku yang mulai loyo
terus dijilati oleh Ibu Intan.
Lidah Ibu Intan terus menjilatinya sampai bersih. Lalu kami
sama-sama terbaring lemas di atas meja makan. Kami masih berpelukan.

“Nikmat sekali hari ini.. thanks ya Do..”, Ibu Intan berkata
kepadaku sambil menatapku.
“Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..”, kataku sambil
membelai rambut Ibu Intan.
Kami lalu berciuman lalu berpelukan. Karena kecapean, kami pun
langsung tertidur di atas meja makan tempat kami bermain kenikmatan.

Aku terbangun ketika cahaya sudah terang. Aku melihat jam dinding,
wah.. ternyata pukul setengah tujuh pagi. Kulihat Ibu Intan masih
tertidur di pelukanku di atas meja makan yang berantakan tanpa
sehelai benang pun menempel di tubuh kami.
“Bu.. bangun..”, bisikku di telinga Ibu Intan.
Wajahnya terlihat begitu cantik ketika tertidur.
“Jam berapa sekarang Do?”
“Setengah tujuh”.
“Hah.. setengah tujuh?!”, Ibu Intan kaget dan segera bangun.
Kami segera berpakaian dan membereskan meja yang berantakan. Kami
takut kepergok oleh Bi Ana. Ibu Intan kemudian masuk kamarnya dan
mandi di kamar mandi yang ada didalam kamarnya, aku pun segera mandi
di kamar mandi lain yang letaknya dekat dengan kamarku. Sekitar jam
tujuh Bi Ana datang dan mulai dengan aktifitas sehari-harinya.
Untunglah aku dan Ibu Intan tidak bangun terlambat sehingga
perbuatan kami semalam tidak diketahui oleh Bi Ana.

*****

Setiap ada kesempatan dan kalau nggak ada orang di rumah, aku dan
Ibu Intan sering melakukan ML, kadang di kamarnya, di kamarku, di
kamar mandi, ruang tamu dan di dapur juga pernah. Tiga bulan
kemudian tepatnya bulan juni, Ibu Intan dan anaknya menyusul
suaminya di Jepang. Dan aku pun pindah kos karena rumah Ibu Intan
diisi oleh adik suaminya. Suami Ibu Intan akhirnya mendapatkan kerja
di Jepang di tempat ia kuliah, oleh karena itu sampai saat ini Ibu
Intan, anaknya serta suaminya menetap di Jepang.

Aku tak akan pernah melupakan pengalamanku ini seumur hidupku.
Terima kasih Ibu Intan, Ibu kost-ku sekaligus guru seksku.

1 komentar:

  1. Where to play roulette for real money - DrMCD
    Roulette is a simple game 김포 출장안마 that allows 포항 출장안마 you to play against other people in casinos all around the 이천 출장마사지 world. This 김포 출장안마 means the dealer has 문경 출장마사지 a card from

    BalasHapus